Selasa, 31 Mei 2016

Peran Mahasiswa Dalam Mewujudkan Kampus Berbasis Konservasi Moral

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN MAHASISWA DALAM MEWUJUDKAN KAMPUS BERBASIS KONSERVASI MORAL

Disusun Oleh :
Aditia Adventa
NIM : 5301415039


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2016




Kata Pengantar 

Salam sejahtera bagi kita semua,
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah “peran mahasiswa dalam mewujudkan kampus berbasis konservasi moral” ini sesuai dengan apa yang diinginkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas PKN, sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh Bapak Natal Kristiono sebagai dosen pengampu PKN. Penelitian ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan penelitian ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki penelitian  ini.Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi Penulis dan para pembacanya, mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Semarang, 31 Mei 2016



         Aditia Adventa   







Daftar isi


Kata pengantar............................................................................................. ....................i
Daftar isi...........................................................................................................................ii
Bab I  Pendahuluan...........................................................................................................1
    1.1 Latar belakang........................................................................................................1
    1.2 Rumusan masalah....................................................................................................2
    1.3 Tujuan penelitian......................................................................................................2

Bab II  Landasan teori.......................................................................................................3
    2.1 Peran Mahasiswa Dalam Mewujudkan Kampus Berbasis Konservasi Moral.............3
            2.1.1  Definisi Mahasiswa......................................................................................3
            2.1.2  Definisi Perguruan Tinggi..............................................................................4
            2.1.3  Definisi Moral..............................................................................................4
            2.1.4  Definisi Konservasi.....................................................................................,5
Bab III  Metode Penelitian.................................................................................................6
    3.1 Desain Penelitian......................................................................................................6
    3.2 Identifikasi Variabel..................................................................................................6
    3.3 Definisi Operasional.................................................................................................6
    3.4 Lokasi Penelitian......................................................................................................7
    3.5 Waktu Penelitian......................................................................................................7
    3.6 Populasi Dan Sampel...............................................................................................7
           3.6.1 Populasi........................................................................................................,7
           3.6.2 Sampel..........................................................................................................7
    3.7 Instrumen Penelitian.................................................................................................8
           3.7.1 Angket..........................................................................................................8
    3.8 Teknik Pengumpulan Data......................................................................................10
    3.9 Teknik Analisis Data...............................................................................................11

Bab IV  Pembahasan Dan Analisis Data ..........................................................................12
    4.1 pengertian kampus berbasis konservasi moral.........................................................12
    4.2 pelaksanaan konservasi moral di UNNES...............................................................13
    4.3 peran mahasiswa dalam mengembangkan konservasi moral di UNNES...................15
          4.3.1 mengembangkan karakter konservasi.............................................................15
          4.3.2 memberdayakan Unit Kegiatan Mahasiswa....................................................19
          4.3.3 mementingkan diskusi daripada demo yang bersifat anarkhis...........................21
    4.4 analisis data............................................................................................................22
Bab V Kesimpulan Dan Saran..........................................................................................29
    5.1. Kesimpulan ............................................................................................................29
Daftar pustaka .................................................................................................................30


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Dewasa ini kita ketahui bahwa arus budaya yang masuk ke indonesia datang dengan berbagai macam corak kebudayaan yang terkadang tidak ter filter dengan baik. Hal   tersebut berdampak buruk terhadap karakter generasi muda Indonesia, kita ketahui bersama bahwa generasi muda adalah harapan bagi bangsa indonesia. pernyataan  tersebut akan sangat membanggakan bagi masyarakat Indonesia apabila dapat menjadi kenyataan. Akan tetapi, faktanya banyak generasi muda Indonesia saat ini tidak mempunyai jiwa nasionalisme untuk mencintai kebudayaan Indonesia, tetapi lebih mencintai kebudayaan asing yang terkadang membawa efek buruk pada generasi muda Indonesia.
Berbicara tentang generasi muda, tidaklah lepas kaitannya dengan mahasiswa. Mahasiswa dikenal sebagai kaum berpendidikan, intelektual dan agent of change. Mahasiswa Indonesia merupakan generasi muda yang nantinya akan meneruskan perjuangan bangsa Indonesia ke depan. Predikat yang melekat pada mahasiswa indonesia tentu memikili arti dan makna yang mendalam bagi kemajuan bangsa Indonesia. Namun jika kita melihat kenyataan bahwa kehidupan mahasiswa di era globalisasi dapat dikatakan cukup memprihatinkan, banyak mahasiswa jaman sekarang yang mulai acuh dan kurang peka terhadap lingkungan sosialnya, tidak sedikit pula mahasiswa yang hanya mengedepankan gengsi dan materi, bersifat boros dan hedonisme, bergaya mewah dan berlebihan, yang yang lebih parah lagi banyak mahasiswa kurang beretika, serta tidak mengedepankan tata krama dan sopan santun baik ke sesama mahasiswa,dosen ataupun terhadap masyarakat yang berada di lingkungan tempat tinggalnya.
Hal tersebut tentu sangat disayangkan, maka solusi agar lingkungan kehidupan kampus dapat memberi dampak positif dan kontribusi dalam pembentukan karakter mahasiswa yang baik dan bertanggung jawab, perlu diberlakuakannya suatu peraturan dan sistem yang dapat diterima oleh berbagai kalangan di kampus. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai konservasi terutama konservasi moral. Penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilakukan di sekolah, perguruan tinggi, maupun di masyarakat secara langsung. Misalnya penanaman nilai-nilai konservasi yang dilakukan di Universitas Negeri Semarang.
         Universitas Negeri Semarang merupakan sebuah kampus yang mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi pada februari 2010, hal terseut dimotori oleh rektor UNNES saat itu Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. yang kemudian menetapkan 11 nilai karakter konservasi. Diantaranya adalah religius, jujur,  cerdas, adil, tanggung jawab, peduli, toleran, demokratis, cinta tanah air, tangguh, dan santun. Sebagai universitas yang berlandaskan konservasi, UNNES tidak hanya mengembangkan dan menciptakan konservasi lingkungan tetapi juga dituntut untuk bisa mengembangkan dan menciptakan konservasi moral.terutama di kalangan mahasiswa.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Berasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan kampus berbasis konservasi moral ?
2.      Bagaimana pelaksanaan konservasi moral di UNNES ?
3.      Bagaimana peran mahasiswa untuk mengembangkan konservasi moral di
UNNES ?

1.3.TUJUAN PENELITIAN
1.      Untuk mengetahui pengertian dari konservasi moral
2.      Untuk mengetahui pelaksanaan konservasi moral di UNNES
3.      Untuk mengetahui peran mahasiswa dalam melaksanakan dan mengembangkan konservasi moral di UNNES








BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Peran mahasiswa dalam mewujudkan kampus berbasis konservasi moral
2.1.1 Definisi Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa.
Menurut (Nurhayati, 2011: 50) mahasiswa merupakan sebutan bagi seseorang yang sedang menjalani masa perkuliahan di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Mahasiswa mempunyai umur rata-rata sekitar 18-21 tahun. Ditinjau dari segi psikologi mahasiswa berada pada fase remaja akhir dan dewasa awal.
Yusuf & Nani M. Sugandhi (2011: 119) mengatakan bahwa berdasarkan fase perkembangan peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa tidak hanya tentang pencapaian kesuksesan secara akademik. Mahasiswa diharapkan mampu menunjukkan perilaku dan pribadi untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai sosial selain kesuksesan secara akademik.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Mahasiswa adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi, di dalam struktur pendidikan di Indonesia mahasiswa memegang status pendidikan tertinggi diantara yang lain.
Menurut Knopfemacher Mahasiswa adalah seseorang calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi yang didik dan diharapkan untuk menjadi calon-calon yang intelektual.
Menurut Sarwono Mahasiswa adalah setiap orang yang secara terdaftar untuk mengikuti pelajaran disebuah perguruan tinggi dengan batasan umur sekitar 18 – 30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperolehstatusnya, karena adanya ikatan dengan suatu perguruan tinggi

2.1.2 Definisi Perguruan Tinggi Atau Kampus
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Dan menurut beberapa undang undang  Perguruan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian (UU 2 tahun 1989, pasal 16, ayat (1)). Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan menegah di jalur pendidikan sekolah (PP 30 Tahun 1990, pasal 1 Ayat  (1)

2.1.3 Definisi Moral
 Moral, Secara etimologis istilah moral berasal dari Bahasa Latin mos dan jamaknya adalah mores yang berarti adat isitiadat atau kebiasaan. Pengertian tersebut mirip dengan kata ethos dari Bahasa Yunani, yang kemudian dikenal dengan etik. Yang terakhir ini pun mempunyai arti adat istiadat atau kebiasaan (Poespoprodjo, 1996). Ada pula kata lain yang mempunyai arti yang sama yaitu Akhlaq (Bahasa Arab), yang berasal dari kata khalaqa (khuluqun) yang berarti tabi’at, adat istiadat, atau kholqun yanng berarti kejadian atau ciptaan. Jadi akhlak ini merupakan perangai atau sistim perilaku yang dibuat, dan oleh karena itu keberadaannya bisa baik dan bisa pula jelek, tergantung pada tata nilai yang dijadikan rujukannya ( Daradjat, 2004).
Menurut K. Prent (Soenarjati, 1989: 25) moral berasal dari bahasa latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak. Dalam perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, yang susila. Dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkahlaku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Menurut beberapa ahli moral adalah W. J. S. Poerdarminta menyatakan bahwa moral merupakan ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan. Dewey mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila. Baron dkk. Mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar. Magnis-Suseno  mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. 

2.1.4 Definisi Konservasi
Konsep konservasi pertama kali dikemukakan oleh Theodore Roosevelt pada tahun 1902, Menurut F.D Roosevelt, konservasi adalah mengenai segala upaya kita dalam hal pemeliharaan secara bijaksana. Tidak semata hanya konservasi dalam pelestarian lingkungan, tapi juga konservasi nilai dan moral. Sebab, dari konservasi moral yang dibangun dapat memengaruhi kepribadian bangsa. berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use)
Sedangkan menurut beberapa ahli Richmond and Alison Bracker (ed) (2009) mengartikan konservasi sebagai suatu proses kompleks dan terus-menerus yang melibatkan penentuan mengenai apa yang dipandang sebagai warisan, bagaimana ia dijaga, bagaimana ia digunakan, oleh siapa, dan untuk siapa. Norton (2004) mengartikan konservasi (biologi) sebagai suatu penyesuaian mekanisme alam untuk kepentingan dan tujuan sosial konservasi dimaknai sebagai tindakan untuk melakukan perlindungan atau pengawetan; sebuah kegiatan untuk melestarikan sesuatu dari kerusakan, kehancuran, kehilangan, dan sebagainya (Margareta, et al. 2010).
IUCN (2007) mengartikan konservasi sebagai manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi jurusan teknik elektro universitas negeri semarang.
Pada penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner dimana yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner minat belajar dan keikutsertaan bimbingan belajar. Kuesioner tersebut berisi identitas subjek yang terdiri dari nama, prodi. Selain itu, kuesioner tersebut juga berisi tentang pertanyaan yang menyangkut peran mahasiswa dalam mewujudkan kampus berbasis konservasi moral. Pertanyaan ini disusun berdasarkan permasalahan yang menyangkut moral mahasiwa, yaitu: apakah mahasiswa pernah menyontek, apakah pernah menggunakan surat ijin palsu untuk membolos kuliah, apakah pernah terlibat dalam pemerasan, pengancaman dan pencurian didalam kelas, apakah pernah berkelahi di lingkungan kampus, apakah anda menghargai hasil karya orang lain,apakah anda pernah merusak fasilitas kampus, dan beberapa pertanyaan yang menyangkut dengan moralitas mahasiswa yang mempunyai peran untuk mewujudkan kampus berbasis konservasi moral.   

3.2. Identifikasi variabel
Dari judul penelitian “ peran mahasiswa dalam mewujudkan kampus berbasis konservasi moral”, jenis variabel yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Variabel bebas  : Mahasiswa
b.      Variabel terikat :  kampus berbasis konservasi moral

3.3. Definisi operasional
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa.
Kampus berbasis konservasi moral adalah bertujuan mewujudkan suasana kampus yang memiliki tujuan untuk memelihara, melindungi dan menciptakan moral yang baik bagi para kadernya yaitu para mahasiswa.
3.4. Lokasi Penelitian
Penelitian tentang peran mahasiswa dalam mewujudkan kampus berbasis konservasi moral dilakukan di Universitas Negeri Semarang. 
3.5.   Waktu Penelitian
                    Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih selama satu bulan, yaitu bulan mei 2016 dimulai dari minggu pertama bulan mei sampai 31 mei. Desain penelitian dengan pendekatan kuantitatif memberikan keuntungan pada kecepatan pengumpulan data. Hal ini dimanfaatkan peneliti agar dapat berfokus melaksanakannya dalam waktu yang seefisien mungkin.
            3.6.Populasi dan Sampel

     3.6.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karasteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi menggambarkan berbagai karakteristik subjek penelitian untuk kemudian menentukan pengambilan sampel. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penentuan populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi jurusan teknik elektro universitas negeri semarang.
Mahasiswa-Mahasiswi jurusan teknik elektro Universitas Negeri Semarang tersebut menjadi populasi dalam penelitian ini namun tidak akan dipakai semuanya dalam penelitian ini mengingat minimnya waktu dan biaya peneliti oleh karena karena itu dipergunakan teknik sampling yang sesuai dengan kemampuan peneliti.

      3.6.2 .   Sampel
 Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling. Teknik penelitian ini dimaksudkan agar peneliti lebih mudah dalam pengambilan data. Data tersebut diperbolehkan untuk digunakan sebagai refleksi keadaan populasi secara keseluruhan. Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini adalah menggunakan simple random sampling. Teknik samplig ini dipandang peneliti dapat mempermudah pemilihan sampel secara acak namun atas dasar acuan tertentu. Acuan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan memilih secara acak dari daftar populasi yang diteliti yakni mahasiswa jurusan teknik elektro Universitas Negeri Semarang. Penggunaan formula empiris dipergunakan dalam menentukan subjek penelitian. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa jurusan teknik elektro Universitas Negeri Semarang, peneliti hanya mengambil 25 orang sampel dari 3 rombel angkatan 2015.


3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket kuesioner. Lembar angket kuesioner adalah lembar angket kepada subjek atau responden sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan dari pembuatan kuesioner ini adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin serta memperoleh informasi yang relevan.
Bentuk item kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah item kuesioner tertutup dimana pertanyaan yang dicantumkan telah disesuaikan oleh peneliti. Alternatif jawaban yang disediakan bergantung pada pemilihan peneliti sehingga responden hanya bisa memilih jawaban yang mendekati pilihan paling tepat dengan yang dialaminya. Kuesioner penelitian tertutup memiliki prinsip yang efektif jika dilihat dengan sudut pandang peneliti sehingga jawaban responden dapat disesuaikan dengan kebutuhan
3.7.1 Angket 

Petunjuk Pengisian Angket
  1. Isilah angket di bawah ini !
  2. Bacalah dengan teliti sebelum menjawab !
  3. Beri tanda ( √ ) pada kolom pilihan yang sudah disediakan sesuai dengan pendapat kamu !
  4. Tulis nama,kelas dan tanda tangan pada lembar jawab !
  5. Pada pertanyaan ada 4 ( empat ) pilihan,keterangan di bawah ini :
a. Sering                      = ( SR )                      c. Selalu                       = ( SL )
b. Kadang-Kadang      = ( KD)                      d. Tidak Pernah           = ( TP )
  1. Jujurlah dalam menjawab tiap-tiap pertanyaan yang diberikan !
  2. Jangan memberi coretan lain selain dikolom angket !
  3. Selamat mengerjakan !


Nama               :
         
Prodi                 :

Tanda tangan  :

Peran Mahasiswa Dalam Mewujudkan Kampus Berbasis Konservasi Moral

No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
1.
Apakah orang tua mu pernah memberikan nasehat?




2.
Apakah sering membantah/melawan ketika orangtua mu memberikan nasehat?




3.
Apakah lingkungan sekitar mempengaruhi sikapmu?




4.
Apakah orang tua mu selalu memberikan contoh yang baik terhadap anak-anaknya?




5.
Apakah kamu pernah melanggar aturan yang sudah ditetapkan dirumah ataupun disekolah?




6.
Apa bila dimarahi orangtua saya diam saja?




7.
Apakah teman sebayamu mempengaruhi perilaku dalam kepribadianmu?




8.
Apakah kamu pernah melakukan  kesalahan kepada temanmu dalam pergaulan sehari hari?




9.
Dalam menghadapi masalah apakah kamu melakukannya dengan perasaan emosi?




10.
Apakah kamu selalu memberikan contoh yang baik kepada temanmu?




11.
Jika kamu salah pernahkah  kamu langsung meminta maaf?




12.
Jika ada tawaran dari teman mu apakah kamu ikut denganya walaupun itu buruk?




13.
Apakah anda belajar jika dirumah atau di kos ?




14.
Apakah bila kebutuhan kamu terpenuhi, kamu merasakan kenyamanan?




15.
Apakah kamu pernah melakukan perbuatan  anarkis (merusak atau menganiaya)?




16.
Saya bersikap sopan santun kepada orang yang usianya lebih tua dari saya?




17.
Saya tidak pernah menghiraukan, apabila ada orang yang menegur tentang sikap dan prilaku saya?




18.
Saya menyapa apabila bertemu dengan dosen di kampus?




19.
Apakah kamu suka bersosialisasi dirumah,di kampus ataupun di masyarakat?




20.
Apabila ada masalah, saya pergi dari rumah tanpa pamit?




21
Apakah kamu Terlibat dalam pemerasan, pengancaman dan pencurian di lingkungan kampus?




22
Apakah kamu Membuat surat izin palsu untuk bolos kuliah?




23
Apakah anda Merusak fasilitas kampus ?




24
Apakah anda Berurusan dengan senjata tajam, minuman keras dan narkoba di lingkungan kampus?




25
 Apakah anda tidak pernah menghiraukan, apabila ada orang yang menegur tentang sikap dan prilaku anda




26
Apakah anda menghargai apapun hasil karya orang lain..




27

Apakah anda sering membicarakan hal negatif dari dosen ataupun mahasiswa lain




28

Apakah anda hanya copy paste apabila ada tugas ?




29
Apakah anda mengeluh jika diberikan tugas oleh dosen ?




30
Apakah apabila dosen tidak masuk anda belajar mandiri di kelas ?







3.8.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa-Mahasiswi jurusan teknik elektro Universitas Negeri Semarang. Pada penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan angket kuesioner dimana yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner peran mahasiswa dalam mewujudkan kampus berbasis konservasi moral. Angket kuesioner tersebut berisi identitas subjek yang terdiri dari nama, prodi pada pengisian kuesioner tersebut. Karena banyaknya responden dalam penelitian ini, maka angket yang digunakan adalah angket tertutup, sehingga responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan.


3.9. Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data yang sudah diperoleh menggunakan analisis statistik inferensial. Statistik inferensial ini adalah cara menganalisis yang datanya berasal dari sampel yang mewakili populasi, statistik inferensial digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari dua variabel atau lebih. Jenis statistik inferensial yang digunakan adalah uji hubungan/uji korelasi. Uji hubungan/uji korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Uji korelasi yang digunakan adalah milik Karl Pearson, yang biasa disebut dengan The Product Moment Coefficient Correlation.
            Kuat lemah hubungan antara dua variabel diukur menggunakan jarak 0 sampai dengan 1. Jika koefisien korelasi ditemukan +1, maka hubungan tersebut disebut dengan korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif. Sebaliknya, jika koefisien korelasi ditemukan -1, maka hubungan tersebut disebut dengan korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif. Jika terdapat korelasi sempurna tidak perlu lagi menguji signifikansi antar dua variabel, karena dua variabel diartikan memiliki hubungan yang sangat kuat.
Untuk memudahkan menginterpretasikan data yang diperoleh, Sarwono memberikan kriteria sebagai berikut:
1.      Koefisien korelasi 0           = tidak ada korelasi antara dua variabel.
2.      Koefisien korelasi 0 – 0,25      = korelasi sangat lemah.
3.      Koefisien korelasi 0,25 – 0,5   = korelasi cukup.
4.      Koefisien korelasi 0,5 – 0,75   = korelasi kuat
5.      Koefisen korelasi 0,75 – 0,99  = korelasi sangat kuat.
6.      Koefisien korelasi 1           = korelasi sempurna







BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.  Pengertian Kampus Berbasis Konservasi Moral
Dimulai dengan Universitaas Negeri Semarang (UNNES) yang mendeklarasikan dirinya sebagai Universitas Konservasi pada tanggal 12 Maret 2010 yang diepelopori oleh Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh. dengan deklarasi itu diharapkan seluruh warga Unnes memiliki kepedulian , menjunjung tinggi prinsip perlindungan terhadap lingkungan seperti menjaga, merawat dan menempatkan konservasi disegala aspek kehidupan sehingga selaras dengan visi Unnes yaitu “Menjadi universitas konservasi ,bertaraf internasional yang sehat unngul dan sejahtera pada tahun 2020”.
Kemudian 15 Juni 2015 dimotori oleh Unit kegiatan kerohanian islam (UKKI) muncul istilah konservasi moral, dimana istilah tersebut muncul akibat adanya kegelisahan di lingkungan kampus, karena konservasi bukan hanya tentang relasi manusia dengan lingkungan tetapi bagaimana konservasi tersebut dapat menciptakan manusia yang bermoral dan tetap mencintai lingkungan.
Konservasi moral sendiri merupakan usaha untuk menciptakan kader-kader lingkungan yang mempunyai moral baik, sedangkan kampus berbasis konservasi moral merupakan sebuah lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk menciptakan kader-kader yang cinta lingkungan dan moral yang baik. Kampus ini merupakan kampus yang menjadi solusi dari permasalahan yang timbul di masyarakat tentang penurunan moral di lingkungan mahasiswa, kita ketahui bahwa mahasiswa saat ini telah mengalami penurunan moral yang sangat buruk, contohnya kasus pembunuhan terhadap dosen di Makassar akibat masalah skripsi, tentunya dari masalah tersebut terjadinya penurunan moral di kalangan mahasiswa menjadi kabar buruk bagi bangsa kita karena di pundak mahasiswa nasib bangsa dan negara dipertaruhkan. Mahasiswa juga memiliki beberapa fungsi yang disematkan oleh masyarakat yaitu sebagai agent of change, moral force dan social control, tentunya kita tidak ingin generasi penerus bangsa mempunyai sikap koruptif dan sewenang-wenang, maka dari itu perlu sebuah lembaga pendidikan dimana lembaga tersebut mencoba menciptakan dan melindungi dan menjaga moral baik para mahasiswa. Lembaga pendidikan tersebut juga harus mempunyai sistem pendidikan yang mendukung terciptanya konservasi moral di lingkungan mahasiswa, misalnya seperti program keagamaan karena moral berkaitan erat dengan agama, personality school yang berguna untuk membangun karakter pada diri sendiri, pembentukan ukm yang dapat mengembangkan moral bagi mahasiswa, dan tentunya perlu dimasukkan mata kuliah pengembangan moral.
Selain program-program diatas tentunya mahasiswa perlu adanya contoh dan teladan misalnya dosen yang juga harus ikut berperan aktif dalam pengembangan moral mahasiswa, karena dosen pada akhirnya akan menjadi teladan bagi para mahasiswanya. Tentu kita tidak mau ada dosen yang memiliki perilaku yang buruk seperti suka memarahi mahasiswa tanpa alasan, budaya telat dan tidak masuk kuliah hanya karena ada kepentingan pribadi, sering mencaci maki mahasiswa didepan orang lain, sikap merendahkan orang lain, apatis dan acuh tak acuh, sombong dan merasa dirinya paling benar. Tentu kita tidak mau memiliki dosen yang seperti ada dalam gambaran tersebut, tetapi kita pasti setuju bahwa dosen yang diperlukan mahasiswa adalah dosen yang bermoral dan beretika baik.
Sebuah lembaga pendidikan seperti universitas, akademi maupun sekolah tinggi tentunya ingin menghasilkan mahasiswa yang cerdas dan membanggakan, tapi apalah arti dari sebuah kepintaran, tanpa adanya moralitas yang baik, tentunya sama seperti mencetak pejabat yang memiliki kebiasaan korupsi. Moral yang baik harus dimiliki oleh setiap mahasiswa dan tentunya moral baik diciptakan melalui lembaga pendidikan seperti universitas, akademi maupun sekolah tinggi. Pedoman kampus berbasis konservasi moral harus ada di setiap universitas, akademi maupun sekolah tinggi di Indonesia karena dengan prinsip konservasi, moral akan dapat dibentuk, diciptakan dan dilindungi serta dijaga, supaya generasi muda khususnya mahasiswa dapat menjalankan fungsinya sebagai agen perubahan dan sebagai moral force (kekuatan moral) yang berguna untuk menyuarakan hati nurani masyarakat.              
4.2 Pelaksanaan Konservasi Moral Di Unnes
UNNES sebagai universitas yang mendeklarasikan dirinya sebagai Universitas Konservasi dan menetapkan 11 nilai-nilai karakter konservasi sudah seyogyanya untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter konservasi di lingkungan kampus. Tidak hanya konservasi lingkungan saja melainkan juga konservasi moral. Hal itu sebagai konsekuensi dari Unnes sebagai universitas konservasi.
Di kalangan mahasiswa Universitas Negeri Semarang, istilah konservasi moral telah menjadi bagian dari kehidupan di kampus. Istilah ini dideklarasikan atas prakarsa yang dimotori oleh Unit Kegiatan Kerokhanian Islam (UKKI), dengan didukung oleh rokhis-rokhis seluruh fakultas di lingkungan UNNES. Deklarasi moral ini dilakukan  dalam musyawarah akbar UKKI bulan Juni 2010. Deklarasi ini merupakan break down dari spirit Unnes sebagai universitas konservasi, yang dideklarasikan oleh Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, di bulan Februari 2010.
Pada saat gegap gempita deklarasi konservasi, yang berawal mula dari relasi manusia dengan lingkungan alam, maka mahasiswa pun tidak mau ketinggalan untuk mengambil bagian penting dan monumental dengan mendeklarasikan konservasi moral. Konservasi moral dideklarasikan pada hari minggu tanggal 15 Juni 2010 Jam 10.00 WIB bertempat di aula FBS Universitas Negeri Semarang, hanya berselang tiga bulan dari deklarasi Unnes sebagai universitas konservasi.
Deklarasi konservasi moral ini menghasilkan sebuah piagam konservasi moral. Piagam konservasi moral ini merupakan bukti komitmen mahasiswa unnes untuk bersama-sama mewujudkan kampus yang menerapkan nilai-nilai moral sesuai dengan tuntunan ajaran agama. Ada tiga poin penting dalam konservasi moral ini, yaitu (1) Sholat awal waktu menjadi budaya religius keluarga besar warga kampus pedoman yang pertama ini bagi mereka yang beragama muslim; (2) Santun berbusana dan sehat pergaulan menjadi etika keluarga besar warga kampus; dan (3) Peka dan peduli lingkungan menjadi komitmen keluarga besar warga kampus dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Ketiga poin diatas sangat berdampak sekali dalam membentuk karakter warga kampus terutama untuk kalangan mahasiswa sebagai generasi muda kebanggan Indonesia yang mempunyai peranan banyak di masa kini dan masa mendatang. Dengan penerapan konservasi moral di lingkungan kampus akan membantu mewujudkan generasi muda Indonesia yang berkarakter.
Penerapan konservasi moral ini akan berdampak pula pada lulusan UNNES nanti yang memiliki intelektual tinggi, berakhlak mulia, berkarakter, dan tentunya tidak mudah patah semangat dalam menghadapi berbagai tempaan yang datang menghadang. Hal inilah yang menjadi harapan deklarasi konservasi moral ini, yakni ketika generasi muda Indonesia memiliki pemahaman ilmu yang luas, berakhlak baik, berjiwa sosial tinggi, peka terhadap situasi dan keadaan, berpinsip kuat, dan berwibawa yang pada akhirnya akan menghasilkan generasi muda Indonesia yang berkarakter
Selain pendeklarasian konservasi moral, salah satu pelaksanaan konservasi moral di UNNES adalah melalui mata kuliah pendidikan moral dan filsafat moral yang diajarkan di Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Guna membekali mahasiswanya agar tidak hanya sekedar menjadi lulusan yang berintelektual tinggi saja namun juga bermoral. Selain mata kuliah pendidikan moral dan filsafat moral, Prodi Pkn juga mendirikan Padepokan Karakter yang dipelopori oleh dosen Pkn yaitu Prof. Dr. Maman Rachman, M.Sc.
Tidak hanya itu, mahasiswa Unnes juga mendapat bekal moral dari para dosen yang senantiasa memberikan teladan yang baik bagi para mahasiswa, agar mahasiswa tersebut menjadi orang yang berkarakter, berprinsip teguh dan tidak berperlaku koruptif.

4.3. Peran Mahasiswa Dalam Mengembangkan Konservasi Moral Di UNNES
4.3.1. Mengembangkan Karakter Konservasi
Memasuki kehidupan global, tantangan bagi eksistensi mahasiswa sangatlah berbeda dengan era sebelumnya. Kehidupan global yang menawarkan budaya-budaya hedonisme, materialisme, kapitalisme, pragmatisme, akan dengan mudah mengikis ideologi idealisme yang selama ini menjadi ruh bagi kehidupan mahasiswa, jika hal ini tidak dilakukan maintening secara tepat.
Hal tersebut di atas perlu memperoleh perhatian, oleh karena gejala-gejala mulai terkikisnya idealisme mahasiswa sedikit banyak mulai tampak.       Penelitian yang dilakukan oleh penulis di tahun 2011, memperoleh gambaran corak mahasiswa, yang terbagi ke dalam lima kelompok. Pertama adalah kelompok idealis konfrontatif, dimana mahasiwa tersebut aktif dalam perjuangannya menentang kemapamanan  melalui aksi demonstrasi. Kedua, kelompok idealis realistis adalah mahasiwa yang memilih koperatif dalam perjuangannya menentang kemapanan. Ketiga, kelompok oportunis adalah mahasiswa yang cenderung mendukung pemerintah yang berkuasa. Keempat adalah kelompok profesional, yang lebih berorientasi pada belajar atau kuliah. Kelima adalah kelompok rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup yang glamour dan menyukai pesta. Yang menarik dari penelitian tersebut ditemukan bahwa kelompok rekreatif  memiliki populasi yang paling besar, yaitu mencapai angka 90%.
Hal ini lah yang menjadikan perlunya kampus memiliki “nilai dasar”, yang dapat melakukan maintening terhadap idealisme dan peran mahasiswa sepanjang zaman. Mahasiswa harus disadarkan akan pentingnya memiliki dan meyakini terhadap sistem nilai yang menjadi dasar landasan mereka dalam beraktifitas, meraih cita-cita masa depan yang gemilang.
Konservasi, pilihan nama yang melekat pada Universitas Negeri Semarang, memiliki kandungan nilai yang sangat mendalam. Konservasi tidak hanya berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik semata, terkait dengan relasi antara manusia dengan alam, melainkan juga mencakupi tata nilai yang luas dan universal.  Dalam kajian bahasa, “Conservation”  (con berarti together dan servare berarti save)  memiliki arti upaya memelihara apa yang dipunyai secara bijaksana. Terdapat tiga aktifitas di dalamnya yaitu protection, preservation, and sustainable use
Dalam konteks demikian, maka hak dan kewajiban menjadi penyangga utama sikap dan perilaku manusia, yaitu bahwa apa yang kita peroleh haruslah seimbang dengan apa yang kita berikan. Sudah tentu itu dalam makna yang seluas-luasnya. Keseimbangan antara hak dan kewajiban itu tidak hanya pada hal-hal yang bersifat ekonomis saja, akan tetapi dalam relasi antara manusia dengan alam sekitar. Menghirup udara segar, menikmati kesejukan pepohonan, menikmati kicauan burung nan menawan; merupakan hak yang kita peroleh dari alam semesta. Oleh karena itu sebagai imbangannya adalah kita harus memelihara, melindungi, dan melestarikannya.
Ada empat nilai utama dalam konservasi yang hendak ditanamkan pada para mahasiswa ; yaitu  jujur, cerdas, peduli, dan tangguh. Inilah nilai-nilai yang sangat indah. Ketika kejujuran, kecerdasan, kepedulian, dan tangguh terejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa melalui relasi dengan alam semesta; dengan pepohonan, burung-burung, air, udara, dan sudah tentu dengan sesama manusia; maka akan terinternalisasikan nilai-nilai itu pada mereka sebagai sebuah moral knowing, moral feeling, dan moral action. Melalui proses internalisasi nilai-nilai konservasi itu diharapkan  pada gilirannya akan tumbuh berkembang nafas-nafas spiritualitas. Mereka tidak sekedar mencintai dan bertanggung jawab terhadap alam semesta, melainankan juga melakukannya terhadap penciptanya; pencipta alam semesta.
Meminjam terminologi dari  Schopenhauer, kecintaan dan kepedulian ini disebut dengan compassion, yaitu cinta kasih, empati, dan simpati. Cinta kasih ini, menurutnya tidak hanya berdimensikan profane belaka, tetapi juga berspiritkan sakralitas. Schopenhauer menyebutnya sebagai all encompassing oneness, yang merupakan jati diri yang sejati manusia.
Pada tataran ini Schopenhauer sudah menunjuk pada kesadaran metafisis, bahwa kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar didasari oleh adanya “amanah ilahiyah”. Orang yang sudah sampai pada tingkatan ini, melakukan upaya pemeliharaan, perlindungan, dan pelestarian adalah karena adanya perintah Tuhan untuk itu. Kesadaran pada tingkat inilah yang kemudian melahirkan berbagai ragam nilai kemanusiaan yang universal.
Collective consciousness atas nilai konservasi pada para mahasiswa ini harus dirawat sedemikian rupa agar berkembang secara sempurna. Jika pun kelak mereka lulus sebagai sarjana, akan menjadilah mereka sebagai kader-kader konservasi yang handal, dan siap mengabdikan diri pada bangsa melalui nilai-nilai konservasi yang mereka yakini. Pembinaan collective consciousness, haruslah merupakan upaya yang komprehensif, dengan multy approach.  Meminjam analisis moral dari Kurtines (2004), ada tiga pendekatan pembinaan yaitu  Cognitive Moral Development, Affective Moral Development, dan  Behavior Moral Development .
Pertama, perlu dilakukan upaya perubahan struktur kognisi terlebih dahulu agar para mahasiswa memahami akan arti pentingnya nilai-nilai konservasi. Menurut pendekatan Cognitive Moral Development, dengan diketahuinya arti penting nilai-nilai konservasi oleh para mahasiswa, diharapkan akan tumbuh kesadaran dan kesiapan untuk menerima tata nilai tersebut menjadi miliknya sendiri (internalisasi nilai). Kesadaran dan internalisasi nilai yang berawal dari pemahaman akan tata nilai tersebut (struktur kognisi) akan memiliki kekuatan yang otentik, sebagai buah dari proses pembelajarannya (learned behavior). Masuknya mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup pada struktur kurikuler, sangat tepat untuk melakukan pembinaan collective consciousness atas nilai konservasi, pada kegiatan-kegiatan formal perkuliahan.
Selain upaya character building melalui perubahan struktur kognisi, tidak kalah pentingnya adalah melalui pendekatan intuisi. Pendekatan ini dilakukan dengan cara  membawa imajinasi dan suasana hati para mahasiswa pada heroisme tata nilai konservasi. Hal inilah yang ditekankan oleh pendekatan Affective Moral Development, yaitu menanamkan nilai  melalui aras afektif, berupa sentuhan-sentuhan perasaan, imajinasi, dan intuisi. Proses pembinaan afektif ini membutuhkan strategi tersendiri yang berbeda dengan proses-proses pembinaan kognitif. Para pimpinan dan para dosen dituntut untuk mempunyai kepiawaian dalam mengelola strategi pendekatan yang dilakukannya. Metode-metode out bond, games, perkuliahan di luar kelas, dan sejenisnya merupakan aplikasi dari pendekatan ini.
Selanjutnya pendekatan Behavior Moral Development memandang bahwa internalisasi nilai dilakukan  melalui pembiasaan (conditioning/habituation). Kendatipun pendekatan ini berawal mula dari percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlov pada seekor binatang, akan tetapi pendekatan  ini sangat relevan dengan upaya penanaman nilai. Seorang mahasiswa yang dibiasakan tertib dan berperilaku baik dalam kehidupan sehari-harinya, pada akhirnya akan terbiasa melakukan hal-hal tersebut. Pada gilirannya nanti kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya tersebut  akan mengendap menjadi tata nilai milik dirinya sendiri. Manakala mereka melakukan suatu tindakan di luar kebiasaannya, mereka akan merasa bersalah.
Ketiga pendekatan pembinaan nilai tersebut akan memiliki efektifitas tinggi ketika dilakukan secara simultan. Artinya pembinaan karakter (character building) dilakukan secara komprehensif, meliputi pengubahan struktur kognisi, sentuhan-sentuhan emosional, dan penciptaan lingkungan yang kondusif.
Melalui dialog-dialog dengan para mahasiswa, baik dalam pertemuan formal maupun informal pada umumnya mereka mengaku merasa bangga dengan universitas konservasi. Kebanggaan yang diutarakan para mahasiswa ini merupakan salah satu indikator kuatnya collective consciousness mengenai konservasi di kalangan mereka.
Keberadaan universitas “konservasi” pun merupakan ikhtiar mencari solusi dari persoalan carut marutnya kondisi lingkungan di sekitar kita, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya. Isu lingkungan fisik misalnya, menjadi keprihatinan semua orang khususnya adalah para mahasiswa.

Memberdayakan Unit Kegiatan Mahasiswa
UNNES memiliki unit-unit pelayanan mahasiswa yang diberdayakan guna pengembangan karakter konservasi mahasiswa. Pemberdayaannya dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan penalaran, minat, bakat, seni, dan kesejahteraan. Untuk memenuhi pelayanan dalam membina dan mengembangkan mahasiswa, Unnes memfasilitasi melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Pada tahun 2013 terdapat 54 jumlah UKM yang diklasifikasikan ke dalam 4 bidang yaitu: UKM bidang penalaran dan keilmuan,  UKM bidang minat , bakat, dan kemampuan, UKM bidang kesejahteraan, serta UKM bidang kepedulian sosial.
Bidang penalaran dan keilmuanbertujuan menanamkan sikap ilmiah, merangsang daya kreasi dan inovasi, meningkatkan kemampuan meneliti dan menulis karya ilmiah, pemahaman profesi, dan kerjasama dalam tim, baik pada perguruan tingginya maupun antar perguruan tinggi di dalam dan di luar negeri. Sedangkan bidang bakat, minat, dan kemampuanbertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam manajemen praktis, berorganisasi, menumbuhkan aspirasi terhadap olahraga dan seni, kepramukaan, belanegara, cinta alam, jurnalistik, dan bakti sosial. Bidang kesejahtaraan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan kerochanian mahasiswa. Kegiatan ini dapat berbentuk; beasiswa, asrama mahasiswa, kantin mahasiswa, koperasi mahasiswa, poliklinik, dan kegiatan lain yang sejenis. Terakhir bidang kepedulian Sosial, bertujuan untuk meningkatkan pengabdian pada masyarakat, menanamkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan kecintaan kepada tanah air dan lingkungan, kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang bermartabat.
Melalui berbagai UKM yang tersedia inilah mahasiswa menyalurkan aktifitasnya, mengembangkan potensi dirinya  di luar jam-jam kuliah. Kegiatan disusun bersama di antara mereka sendiri, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjutnya. Pihak pimpinan baik di tingkat universitas, fakultas maupun jurusan,  mengarahkan seluruh kegiatan mereka dalam bentuk garis-garis besar kebijakan, sebagai upaya pengembangan potensi mahasiswa secara utuh, yang berlandaskan nilai-nilai konservasi.
Terdapat empat nilai besar yang dijadikan dasar untuk membina para mahasiswa yaitu jujur, cerdas, peduli, dan tangguh. Jujur merupakan nilai yang bersumberkan pada hati nurani, cerdas merupakan refleksi dari pengembangan fikir, peduli merupakan wahana untuk mengembangkan rasa, sedangkan tangguh mencerminkan kesehatan yaitu mengembangkan kesehtan raga para mahasiswa. Sehingga dengan keempat nilai besar tersebut, akan terjadi proses olah hati, olah fikir, olah seni, dan olah raga secara seimbang, pada diri mahasiswa, guna mengembangkan dirinya menjadi insan paripurna.
Jenis dan jumlah UKMini dimungkinkan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa. Hal ini dikarenakan munculnya UKM-UKM merupakan fasilitasi UNNES dalam merealisasi aspirasi dan kebutuhan mahasiswa guna mengaktualisasikan karakter mahasiswa. Untuk mendukung Unit-unit layanan yang dimanfaatkan oleh mahasiswa, disediakan anggaran dana, sarana dan prasarana, pembimbingan, dan  agenda kegiatan kemahasiswaan.
Agar tujuan pembinaan dapat tercapai secara maksimal, pengelolaan kegiatan kemahasiswaan mengedepankan prinsip kebersamaan, dengan mendasarkan diri pada lima prinsip pembinaan , yaitu , shared vision, system thinking, personal mastery, mental models , dan team learning
Shared vision berarti adanya visi bersama yang dirumuskan dan difahami oleh semua warga kampus.  Unnes mengembangkan visi bersama, sebagai universitas konservasi bertaraf internasional yang sehat, unggul, dan sejahteran. Visi ini telah tersosialisasikan dengan baik pada seluruh warga Unnes, dari mulai unsur pimpinan, dosen, mahasiswa,  sampai karyawan biasa  Selanjutnya System thinking. Seluruh civitas akademica menyadari bersama bahwa Unnes merupakan organisasi yang terdiri dari unit-unit kerja yang  dalam melakukan aktivitasnya mendasarkan pada sistem yang telah disepakati bersama. Dengan demikian setiap unit kerja termasuk organisasi kemahasiswaan (ormawa) aktivitasnya harus dilaksanakan atas dasar prinsip kebersamaan. Sedangkan personal mastery (SDM yang berkualitas), mengandung makna bahwa setiap warga kampus dituntut untuk memiliki kompetensi dan mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan tugas dan fungsinya. Mental models (model mental), berarti prinsip keteladanan harus dikedepankan. Oleh karena itu sikap dan perilaku serta cara berfikir setiap warga Unnes harus dapat menjadi teladan bagi yang lain. Oleh karena itu setiap warga Unnes harus memiliki mental dan kepribadian yang dapat  diterima secara universal.

4.3.3 Mementingkan Diskusi Dibanding Demo Yang Bersifat Anarkhis
Kita ketahui bersama bahwa pandangan buruk selalu disematkan masyarakat terhadap mahasiswa ketika sedang berdemo atau berorasi, memang bahwa demo yang dilakukan mahasiswa kebanyakan akan berujung pada anarkis dan pengrusakan fasilitas umum, tentunya itu sangat merugikan bagi pemerintah maupun masyarakat sendiri maka dari itu Mahasiswa sebagai kaum intelektual harus  mengenal diskusi sebagai ikhtiar keilmuan. Dalam tradisi Jawa diskusi kerap disinonimkan dengan rembug. Konservasi, ke depan, harus ditopang dengan tradisi rembug yang lebih baik. Tak sekadar jadi sarana bertukar gagasan, rembug efektif membangun imajinasi ideal. Edmund Husserl, bapak fenomenologi asal Jerman, pernah mengungkapkan salah satu ciri dasar akal budi manusia adalah kemampuannya untuk berkembang melalui rembug.
Bagi Unnes, rembug adalah keniscayaan. Karena, pertama, lembaga ini adalah lembaga publik. Pemegang kekuasaan lembaga ini adalah bangsa Indonesia. Membangun komunikasi dengan masyarakat adalah keharusan agar aspriasi mereka terserap dengan baik. Menyerap, memilah, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dalam bentuk kebijakan hanya bisa dilakukan memalui rembug.
Kedua, dunia pendidikan bergerak sangat dinamis belakangan ini. Siapa pun merasa berhak bicara pendidikan karena jangkauan bidang ini memang sangat luas. Gagasan-gagasan pun terus bermunculan, baik di tingkat filsafat, konseptual, maupun praksis. Sebagai mitra masyarakat dalam bidang pendidikan, Unnes juga dituntut dinamis. Rembug, sebagai jalan dialogis mengatasi masalah, harus ditempuh untuk gagasan di bidang pendidikan yang terus berkelindan.
Dalam percaturan pendidikan Tanah Air, Unnes adalah tokoh utama. Ekspektasi publik akan terwujudnya pendidikan berkualitas juga merupakan tanggung jawab Unnes. Sebagaimana sepakbola, tak pernah ada pemain tunggal. Maka, untuk meraih kemenangan diperlukan kerja sama. D sinilah Unnes akan membangun kemitraan sinergis secara vertikal dan horizontal, dengan masyarakat, sesama lembaga pemerintah, juga masyarakat internasional.


4.4 Analisis Data
Dari  angket yang diberikan secara acak kepada 25 responden dari prodi pendidikan teknik elektro jurusan teknik elektro universitas negeri semarang maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
1.
Apakah orang tua mu pernah memberikan nasehat?




Dari  pertanyaan diatas terdapat 25 responden yang bersedia untuk mengisi angket ditemukan bahwa 13 orang menjawab sering, 7 orang menjawab selalu dan hanya 5 orang yang menjawab kadang-kadang. Pertanyaan ini mengindikasikan apakah orang tua memantau moral anaknya dengan memberikan nasihat yang baik.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
2.
Apakah anda membantah/melawan ketika orangtua mu memberikan nasehat?




Pertanyaan diatas mengindikasikan jika mahasiswa tersebut membantah nasihat baik yang diberikan oleh kedua orang tuanya, pasti moral mahasiswa tersebut sangat lah rendan dan orang tuanya saja memberikan nasehat diabaikan apalagi tenaga pendidik dan kampus yang berusaha untuk mengajarkan moral pasti akan sangat ditentang oleh mahasiswa tersebut. dari 25 responden tersebut 13 orang menjawab kadang dan 12 orang menjawab tidak pernah.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
3.
Apakah lingkungan sekitar mempengaruhi sikapmu?




Dari pertanyaan diatas ke-25 responden, mayoritas memilih kadang yaitu sebanyak 20 reponden dan 4 responden menjawab selalu satu responden menjawab sering. Pada pertanyaan ini mengindikasikan seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap kepribadian dan moral mahasiswa, tentunya pengaruh lingkungan ini tidak semua merupakan hal buruk, tetapi akan lebih bijak jika mahasiswa tidak hanya menerima pengaruh lingkungan secara polos tetapi harus ada penyaring mana pengaruh yang baik dan buruk bagi moral. 
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
4.
Apakah orang tua mu selalu memberikan contoh yang baik terhadap anak-anaknya?




Dari pertanyaan diatas sebanyak 24 responden menjawab selalu dan hanya 1 responden yang menjawab tidak pernah, pertanyaan ini mengindikasikan seberapa besar peran orang tua dalam memberikan conth yang baik bagi anak-anaknya tentunya hal tersebut akan berpengaruh pada pengembangan moral. 
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
5.
Apakah kamu pernah melanggar aturan yang sudah ditetapkan dirumah ataupun di kampus?




Dari pertanyaan tersebut 20 responden menjawab kadang dan 5 responden menjawab tidak pernah. Dari pertanyaan tersebut dapat kita ketahui bahwa sebagian besar mahasiswa pernah melanggar peraturan yang telah ditetapkan di kampus atau rumah, jika tidak dibenahi secara perlahan maka akan mengamcam pada moral dan kepribadian.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
6.
Apa bila dimarahi orangtua saya diam saja?




Dari pertanyaan tersebut 13 responden menjawab kadang, 8 responden  selalu dan 4 responen menjawab sering, hal tersebut menunjukkan bahwa banyak mahasiswa terkadang tidak tahu cara menghargai orang tua nya dan cenderung membantah ketika dimarahi. 
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
7.
Apakah teman sebayamu mempengaruhi perilaku dalam kepribadianmu?




Dari pertanyaan ditas diperoleh hasil 21 memilih kadang, 2 memilih tidak pernah dan 2 memilih sering, selama pengaruh yang ditimbulkan adalah positif maka tidakperlu mengkhawatirkannya tetapi kita juga harus  menjadi penyaring dari pengaruh tersebut.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
8.
Apakah kamu pernah melakukan  kesalahan kepada temanmu dalam pergaulan sehari hari?




Dari pertanyaan tersebut 24 responden menjawab kadang, 1 responden menjawab selalu, berbuat kesalahan memang merupakan hal yang wajar terutama terhadap teman, tetapi kita juga harus tau bahwa tak semua teman kita menerima kesalahan yang kita perbuat dan tidak semua teman berani menegur ketika kita berbuat salah, hal tersebut dapat berakibat buruk terhadap moral karena sertiap tindakannya yang salah selalu dianggap benar oleh dia.  



No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
9.
Dalam menghadapi masalah apakah kamu melakukannya dengan perasaan emosi?




Dari pertanyaan tersebut 20 responden menjawab kadang, 5 responden menjawab  tidak pernah, dari hasil pengamatan kita tahu bahwa mahasiswa sering kali menghadapi suatu masalah dengan emosi, tentunya hal ini sangat merugikan karena emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
10.
Apakah kamu selalu memberikan contoh yang baik kepada temanmu?




Dari pertanyaan tersebut 21 responden menjawab kadang, 1 responden menjawab selalu dan 3 responen menjawab sering, hal ini tentunya menjadi kaabr yang baik karena secara tidak langsung teman akan mempengaruhi kepribadian kita.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
11.
Jika kamu salah pernahkah  kamu langsung meminta maaf?




Dari pertanyaan tersebut 3 responden menjawab kadang, 19 responden  selalu dan 3 responen menjawab sering, hal ini merupakan tindakan yang sangat bagus untuk perkembangan moral karena mengakui kesalahan yang kita pebuat.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
12.
Jika ada tawaran dari teman mu apakah kamu ikut denganya walaupun itu buruk?




Dari pertanyaan tersebut 13 responden menjawab kadang, 12 responden menjawab tidak pernah, tentu hasil ini merupakan kabar yang buruk karena lebih dari separuh orang terkadang menyetujui ajakan yang buruk dari temannya.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
13.
Apakah anda belajar jika dirumah atau di kos ?




Dari pertanyaan tersebut 7 responden menjawab kadang, 1 responden menjawab selalu dan 17 responen menjawab sering, sebuah tindakan yang sangat bagus karena hampir sebagian besar sering kali belajar saat dirumah atau kos.

No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
14.
Apakah bila kebutuhan kamu terpenuhi, kamu merasakan kenyamanan?




Dari pertanyaan tersebut 4 responden menjawab kadang, 18 responden menjawab selalu dan 3 responen menjawab sering. Hal ini menggambarkan bahwa jika kebutuhan mereka terpenuhi mereka akan merasa nyaman, dan tidak akan melakukan hal-hal yang buruk yang dapat merusak moral.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
15.
Apakah kamu pernah melakukan perbuatan  anarkis (merusak atau menganiaya)?




Dari pertanyaan tersebut 4 responden menjawab kadang, 21 responen menjawab tidak pernah, hal ini merupakan kabar baik karena sebagian mahasiswa tidak pernah melakukan penganiayaan atau kegiatan anarkhis, yang kita tahu perbuatan tersebut sangat tidak bermoral
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
16.
Saya bersikap sopan santun kepada orang yang usianya lebih tua dari saya?




Dari pertanyaan tersebut 22 responden menjawab selalu, 3 responen menjawab sering, dari data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas mahasiswa masih tetap manghormati dan menghargai orang yang lebih tua darinya.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
17.
Saya tidak pernah menghiraukan, apabila ada orang yang menegur tentang sikap dan prilaku saya?




Dari pertanyaan tersebut 15 responden menjawab kadang, 5 responden menjawab selalu dan 1 responen menjawab sering, 4 responden menjawab tidak pernah, tentunya sikap ini harus diperbaiki teguran dari seseorang merupakan suatu motivasi untuk memperbaiki diri.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
18.
Saya menyapa apabila bertemu dengan dosen di kampus?




Dari pertanyaan tersebut mayoritas menjawab selalu dan hanya ada 2 responden yang menjawab kadang. tentunya sikap seperti ini hars tetap dijaga, dimana para mahasiswa harus tetap menghormati dan menghargai dosen yang ada di kampus.

No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
19.
Apakah kamu suka bersosialisasi dirumah,di kampus ataupun di masyarakat?




Dari pertanyaan tersebut mayoritas menjawab selalu dan hanya ada beberapa orang yang menjawab sering. Kegiatan sosialisasi ini merupakan kegiatan yang penting karena melalui sosialisasi kita dapat belajar dan semakin mengembangkan moral kita.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
20.
Apabila ada masalah, saya pergi dari rumah tanpa pamit?




Dari pertanyaan tersebut semuanya menjawab tidak pernah. Karena walaupun kita pergi dari rumah tanpa pamit masalah tak akan selesai ,hadapi masalah dengan kesabaran. 
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
21
Apakah kamu Terlibat dalam pemerasan, pengancaman dan pencurian di lingkungan kampus?




Dari pertanyaan tersebut semuanya menjawab tidak pernah. kegiatan pemerasan, pengancaman dan pencurian merupakan bukti bahwa seseorang moralnya telah hancur.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
22
Apakah kamu Membuat surat izin palsu untuk bolos kuliah?




Dari pertanyaan tersebut mayoritas menjawab tidak pernah dan beberapa responden menjwab kadang, tentunya kegiatan pemalsuan seperti ini merupakan tindakan yang tidak bermoral karena kita telah membohongi orang demi kepentingan diri kita.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
23
Apakah anda pernah Merusak fasilitas kampus ?




Dari pertanyaan tersebut semua responden menjawab tidak pernah, sebenarnya kegiatan merusak fasilitas kampus selain bukti bahwa ada moral kita yang tidak beres, tentu saja merupakan sebuah perbuatan yang sia-sia karena jika fasilitas rusak maka dana untuk memperbaikinya berasal dari mahasiswa.


No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
24
Apakah anda Berurusan dengan senjata tajam, minuman keras dan narkoba di lingkungan kampus?




Dari pertanyaan tersebut semua responden menjwab tidak pernah, hal ini merupakan kabar baik karena kita tahu bahwa narkoba, sentaja tajam dan minuman keras adalah barang yang dilarang beredar di kampus maupun di beberapa tempat, dan apabila ada mahasiswa yang membawa barang barang tersebut sudah pasti moral nya sudah hancur.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
25
 Apakah anda tidak pernah menghiraukan, apabila ada orang yang menegur tentang sikap dan prilaku anda




Ini merupakan kesalahan cetak yang terjadi pada angket yang menyebabkan tedapat soal yang sama.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
26
Apakah anda menghargai apapun hasil karya orang lain..




Dari pertanyaan tersebut mayoritas responden menjawab selalu dan sering tetapi juga ada 2 responden yang menjawab kadang. penghargaan terhadap karya seseorang merupakan cara untuk menghargai kerja keras dan usaha dari yang menciptakan karya tersebut.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
27

Apakah anda sering membicarakan hal negatif dari dosen ataupun mahasiswa lain




Dari pertanyaan tersebut mayoritas menjawab kadang, tetpi ada 1 responden yang menjawab sering dan 5 responden menjawab tidak pernah. Membicarakan hal negatif dari seseorang merupakan tindakan pengecut karena orang tersebut hanya berani membicarakan saat orang tersebut tidak ada dan ketika disuruh untuk mengkritik mereka biasanya akan diam saja.




No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
28

Apakah anda hanya copy paste apabila ada tugas ?




Dari pertanyaan tersebut mayoritas responden menjawab kadang, dan hanya 3 orang yang menjawab tidak pernah. Budaya copy paste ini sangat menjamur di kalangan mahasiswa, hal ini dapat merusak citra mahasiswa sebagai orang yang kreatif dan inovatif. 
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
29
Apakah anda mengeluh jika diberikan tugas oleh dosen ?




Dari pertanyaan tersebut mayoritas responden menjawab kadang, 5 responen menjawab tidak pernah, tugas memang salah satu strategi seorang tenaga pendidik untuk mahasiswa nya dapat belajar dan memahami materi, tapi terkadang banyak nya tugas yang diberikan dan tingkat kesulitan yang tinggi menyebabkan mahasiswa mengeluh tentang tugas. Jika mahasiswa terus saja mengeluh maka generasi muda bangsa ini hanya dipenuhi oleh orang yang suka mengeluh.
No.
Pertanyaan
Pilihan
SR
KD
SL
TP
30
Apakah apabila dosen tidak masuk anda belajar mandiri di kelas ?





Dari pertanyaan tersebut mayoritas menjawab kadang, 1 orang menjawab tidak pernah, 1 orang menjawab selalu dan 2 orang menjawab sering. Belajar memang merupakan kegiatan utama bagi mahasiswa, tentunya mahasiswa tidak mau dibilang mempunyai mental kuli yang hanya bekerja saat ada orang yang mengawasi nya, maka dari itu belajar merupakan kegitan yang wajib dilakukan dengan atau tanpa tenaga pendidik nya.





BAB V
KESIMPULAN






Konservasi moral adalah upaya untuk melindungi, memelihara dan memberdayakan nsecara bijak yang berbasiskan nilai dan budaya luhur bangsa Indonesia, hal tersebut dapat digunakan sebagai pedoman kehidupan. Penamanan nilai-nilai konservasi moral dapat dilakukan di semua lembaga pendidikan dan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.
UNNES sebagai salah satu kampus yang mendeklarasikan sebagai kampus berbasis konservasi dn menetapkan 11 pilar konservasi, sudah seharusnya mengimplementasikan nilai-nilai konservasi di lingkungan kampus. Tidak hanya konservasi lingkungan saja melainkan moral tenaga pendidik maupun mahasiswa perlu untuk di konservasi, supaya nilai-nilai luhur bangsa dapat terjaga.
Pelaksanaan konservasi moral di UNNES di pelopori oleh kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) yang menghasilkan sebuah piagam konservasi moral. Tidak sampai disitu peran mahasiswa untuk mengembangkan konservasi moral, para mahasiswa dibantu dengan dosen mendirikan padepokan karakter. Selain itu  kampus sebagai lembaga pendidikan mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya dengan memasukkan mata kuliah yang dapat mengembangkan moral mahasiswa diantaranya ada PKN, konservasi, pendidikan pancasila dan pendidikan keagamaan.
Peran mahasiswa yang diharapkan lebih bisa membangun kampus berbasis konservasi moral dapat dilakukan dengan cara mengembangkan karakter konservasi dalam diri sendiri yang nantinya hal tersebut diharapkan akan menular ke mahasiswa yang lain, memberdayakan UKM, UKM memang tempat mahasiswa untuk berkreasi dan menyalurkan hobinya tetapi alangkah lebih baik jika UKM mempunyai peran untuk menumbuhkan konservasi moral terhadap mahasiswa dan mengutamakan diskusi dibanding demo bersifat anarkis, stigma masyarakat tentang mahasiswa jika berdemo selalu buruk, masyarakat menganggap mahasiswa terlalu emosional dan terkadang tidak berfikir jernih. Maka dari itu perlu pendidikan moral supaya setiap masalah dapat diselsaikan dengan diskusi.
  








 DAFTAR PUSTAKA

Kardiyem, 2013,Internalisasi Pendidikan Karakter Dalam Akuntansi (Inspirasi) Diary” (Solusi Konservasi Moral). Vol 15, No.1, http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijc/article/view/2063htm, 25 Mei 2016.

Sugiyo,2012, Pengembangan, “Karakter Anak Melalui Konservasi Moral Sejak Dini”.Vol 1, No.1,http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/jda/2562, 25 Mei 2016.

Azizah, Nur,2006, “Perilaku Moral dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang Pendidikan Umum dan Agama”. Vol 33, No.2,http://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7078/5530, 27 Mei 2016.
Maduwita Guswani, Aprius, Juni 2011, “Perilaku Agresi Pada Mahasiswa Ditinjau dari Kematangan Emosi”. Vol 1, No.2, http://eprints.umk.ac.id/274/1/86_-_92.PDF , 27 Mei 2016.
Rachman, Maman,2012, “Konservasi Nilai dan Warisan Budaya”. Vol. 1, No.1, http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijc/article/viewFile/2062/2176 , 28 Mei 2016.

Drs.Sumanto.M.A. , 1995 , Metodologi Penelitian Sosial Dan  Pendidikan , Yogyakarta :     Andi Offset.    
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Setiadi, A. Gunawan, 2010. Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Poespoprodjo, 1996. Filsafat Moral Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Karya.
Suyahmo. 2015. Filsafat Moral. Semarang: Universitas Negeri Semarang..
Soegito, A.T., dkk. 2015. Pendidikan pancasila. Semarang : UNNES PRESS.
Haricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang : IKIP Semarang Press.




































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar